Ferdiyanto, Rakha Rayhan and Lestari, Sri Budi (2021) Fashion Sebagai Identitas Pada Komunitas Punk di Semarang /05/KOM/2021. Undergraduate thesis, Faculty of Social and Political Science.
Text
Cover.pdf - Published Version Download (871kB) |
|
Text
Bab I.pdf - Published Version Download (1MB) |
|
Text
Bab II.pdf - Published Version Download (764kB) |
|
Text
Bab III.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (865kB) |
|
Text
Bab IV.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (471kB) |
|
Text
Bab V.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (706kB) |
|
Text
Daftar Pustaka.pdf - Published Version Download (494kB) |
|
Text
Lampiran.pdf - Published Version Download (1MB) |
Abstract
Fashion merupakan salah satu cara seseorang dalam berkomunikasi, dimana fashion dapat merefleksikan pemakainya,demikian halnya dengan para penganut paham punk. Punk seringkali menggunakan fashion sebagai cara mereka dalam mengkomunikasikan pesan kepada khayalak.Sebagai budaya tanding atau counter culture terhadap budaya dominan, punk melawan segala kemapanan yang ditunjukan oleh budaya dominan lewat gaya berbusana yang “berbeda”. Namun, seiring berjalannya waktu, para komunitas punk ini seringkali diberitakan negatif, dan juga terjadinya miskonsepsi arti oleh oknum-oknum didalam punk yang melakukan tindakan negatif, sehingga semakin memperkeruh nama punk di Indonesia, khususnya di Kota Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang menjadi motif para komunitas punk dalam mengenakan fashion, dan bagaimana mereka memaknai fashion yang dikenakan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini merujuk pada paradigma kritis dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu indepth interviewdengan jumlah informan sebanyak 3 orang. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah co-cultural theory yang dikemukakan oleh Mark Orbe.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ketiga informan memiliki motifnya masing-masing dalam berpakaian punk yakni, berjualan, dan diterima dikelompoknya masing-masing. Begitu pula dengan apa yang mereka maknai dalam fashion punk yang mereka kenakan yakni, ekspresi diri, perlawanan positif dan musik. Sehingga didapatkan bahwasanya mereka tidak ada maksud ingin melawan kemapanan atau hal-hal negatifyang meresahkan masyarakat. Melalui teori co-cultural juga dapat menggambarkan bahwa komunitas punk di Semarang tidak ada keinginan atau bertujuan untuk mengganggu ketertiban umum. Melainkan mereka seringkali melalukan berbagai upaya seperti charity dan pengumpulan barang-barang secara sukarela untuk diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Hal-hal tersebut dilakukan oleh mereka dengan tujuanuntuk dapat diterima keberadaannya oleh masyarakat.
Kata kunci : Fashion komunikasi, fashion identitas, punk, Semarang
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | Social Science and Political Science |
Divisions: | Faculty of Social and Political Sciences > Department of Communication |
Depositing User: | diana nirwani |
Date Deposited: | 30 Sep 2022 02:30 |
Last Modified: | 30 Sep 2022 02:30 |
URI: | https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/8876 |
Actions (login required)
View Item |