MULYANTI, Heri and Istadi, Istadi and Gernowo, Rahmat (2024) ZONASI KEKERINGAN METEOROLOGIS UNTUK PENGURANGAN RISIKO KEKERINGAN PADA SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR. Doctoral thesis, UNIVERSITAS DIPONEGORO.

	Text Heri Mulyanti_30000118520011_Cover.pdf Download (690kB)
	Text Heri Mulyanti_30000118520011_Bab I.pdf Download (588kB)
	Text Heri Mulyanti_30000118520011_Bab II.pdf Download (236kB)
	Text Heri Mulyanti_30000118520011_Bab III.pdf Restricted to Repository staff only Download (224kB)
	Text Heri Mulyanti_30000118520011_Bab IV.pdf Restricted to Repository staff only Download (956kB)
	Text Heri Mulyanti_30000118520011_Bab V.pdf Restricted to Repository staff only Download (9MB)
	Text Heri Mulyanti_30000118520011_Bab VI.pdf Restricted to Repository staff only Download (121kB)
	Text Heri Mulyanti_30000118520011_Daftar Pustaka.pdf Download (289kB)
	Text Heri Mulyanti_30000118520011_Lampiran.pdf Restricted to Repository staff only Download (1MB)

Abstract

Kekeringan menjadi ancaman besar bagi sektor pertanian sebagai akibat dari perubahan iklim. Wilayah prioritas kekeringan perlu dikaji sebagai upaya mewujudkan ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji, memetakan dan menganalisis zona kekeringan meteorologis di Provinsi Jawa Timur untuk pengurangan risiko kekeringan pada sektor pertanian dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Hasil penelitian yang diolah dari data curah hujan satelit terkoreksi, kondisi sosial ekonomi, serta lahan menunjukkan bahwa: 1) Pencocokan dengan inisialisasi k-means++ menunjukkan 9 klaster dapat dianggap paling optimum dengan sebaran luasan yang lebih merata; 2) Karakter hujan terbagi menjadi dua kutub: wilayah utara merupakan zona dengan curah hujan rendah, sedangkan bagian selatan merupakan titik-titik dengan curah hujan tinggi. Penurunan curah hujan saat El Niño terjadi mulai Juni – September hingga Desember awal. Penurunan terbesar pada Juni – September sebesar 31,8% sampai 42,5% untuk zona utara, tetapi mencapai 53,9% untuk zona selatan; 3) Kekeringan paling parah terjadi pada klaster bagian utara. Akan tetapi, wilayah selatan mengalami peningkatan durasi dan keparahan selama 20 tahun terakhir (2000 – 2020). Kejadian kekeringan paling ekstrem dengan tingkat keparahan dan durasi terbesar adalah tahun 1997 – 1998 pada penilaian SPI-6 bulan untuk seluruh zona hujan; 4) Penilaian indeks bahaya menunjukkan pesisir utara memiliki indeks bahaya tertinggi. Sementara itu, bagian selatan merupakan wilayah dengan indeks bahaya yang cenderung lebih kecil, kecuali di zona CL-8 (Pacitan dan sekitarnya) yang menunjukkan durasi dan tingkat kekeringan paling tinggi. Wilayah prioritas kekeringan paling utama adalah pesisir utara Jawa, terutama Kabupaten Lamongan dan Tuban dengan luasan sawah masing-masing >70.000 hektare Hasil tersebut diharapkan sebagai bahan penyusunan kebijakan pengurangan risiko akibat bencana iklim di wilayah Provinsi Jawa Timur, terutama untuk wilayah prioritas 1, prioritas 2, dan prioritas 3 terutama berkaitan dengan penggunaan air tanah untuk irigasi.
Kata Kunci: zona hujan, kekeringan meteorologis, kerentanan kekeringan, wilayah prioritas pengurangan risiko.

Drought poses a significant threat to the agricultural sector as a result of climate change. Identifying and assessing most risky area to drought is crucial to achieving food security and sustainable agriculture. The study focuses on assessing, mapping, and analyzing meteorological drought zones in East Java Province to mitigate drought risks in agricultural as part of broader climate change mitigation and adaptation efforts. The findings, derived from corrected satellite rainfall data, combined with socio-economic and land condition assessments: 1) nine optimal number of clusters based on k-means++ initialization, providing a more even distribution of drought-prone areas; 2) there are distinct rainfall patterns, with the northern region characterized by low rainfall and the southern region by higher rainfall. During El Niño events, significant rainfall reductions occur from June to early December, with declines ranging from 31.8% to 42.5% in the northern zones and up to 53.9% in the southern zones; 3) the most severe droughts are found in the northern clusters, although the southern region has experienced increasing drought duration and severity over the past two decades (2000–2020). The most extreme drought occurred during the 1997–1998 El Niño, with the highest severity and duration observed across all rainfall zones; 4) hazard index assessments indicate that the northern coastal areas, particularly Lamongan and Tuban Regencies, are at the highest risk, with over 70,000 hectares of paddy fields vulnerable to drought. In contrast, the southern region generally exhibits a lower hazard index, except for the CL-8 zone (Pacitan and surrounding areas), where the most prolonged and severe droughts are recorded. These results are intended to guide policy development for reducing climate-related disaster risks in East Java, with an emphasis on sustainable groundwater use for irrigation in high-priority areas.
Keywords: rainfall zones, meteorological drought, drought vulnerability, priorit- risk-reduction areas

Actions (login required)

View Item