Meylani, Revana (2022) PEMAKNAAN KHALAYAK TERHADAP ISU DIFABEL MENTAL PADA DRAMA KOREA IT’S OKAY TO NOT BE OKAY. Undergraduate thesis, FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO.
![]() |
Text
1. COVER.pdf - Submitted Version Restricted to Repository staff only Download (424kB) |
![]() |
Text
2. BAB 1.pdf - Submitted Version Download (562kB) |
![]() |
Text
3. BAB 2.pdf - Submitted Version Download (594kB) |
![]() |
Text
5. BAB 3.pdf - Submitted Version Restricted to Repository staff only Download (298kB) |
![]() |
Text
5. BAB 4.pdf - Submitted Version Restricted to Repository staff only Download (467kB) |
![]() |
Text
6. BAB 5.pdf - Submitted Version Download (155kB) |
![]() |
Text
7. DAFTAR PUSTAKA.pdf - Submitted Version Download (168kB) |
![]() |
Text
8. LAMPIRAN.pdf - Submitted Version Restricted to Repository staff only Download (2MB) |
Abstract
Drama Korea It’s Okay to Not be Okay merupakan sebuah drama yang membahas
mengenai isu kesehatan mental dengan menampilkan beragam variasi karakter gangguan
jiwa. Selain itu, drama ini juga berusaha dalam menampilkan pembinaan hubungan yang
dilakukan oleh antar tokoh difabel mental. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian
ini untuk melihat pemaknaan khalayak terkait representasi posisi kelompok difabel sebagai
bagian dari kelompok minoritas dan representasi pembinaan hubungan sosial yang
dilakukan oleh kelompok difabel mental. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
analisis data semiotika dari John Fiske dan analisis resepsi milik Stuart Hall. Paradigma
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma interpretif dan
menggunakan Teori Representasi dari Stuart Hall, Teori Social Model of Disability milik
Oliver Barnes and Abberly, serta Teori Khalayak Aktif dan Teori Encoding-Decoding
miliki Stuart Hall.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kelompok difabel mental yang ditampilkan
dalam drama Korea It’s Okay to Not be Okay digambarkan dengan menggunakan
konstruksi stigma yang telah melekat pada masyarakat. Namun, peneliti juga menemukan
bahwa pemaknaan khalayak sebagai informan dalam penelitian ini tidak hanya memaknai
kelompok difabel dengan perspektif stereotip saja namun juga menggunakan perspektif
medis untuk melihat keterbatasan yang dimiliki oleh kelompok difabel mental. Pada hasil
keberagaman pemaknaan yang muncul menunjukan bahwa secara garis besar informan
sudah berada pada posisi negosiasi. Artinya, sebagian besar khalayak yang menjadi
informan peneliti ini mulai menunjukan kesadaran dan pemahaman terkait isu difabel
mental, karena tidak hanya menerima konstruksi terkait isu difabel mental dari drama ini
saja. Tetapi, para informan juga mulai menegosiasikan atau mengkompromikan teks yang
ditawarkan oleh media dengan menggunakan pemahaman, pengetahuan, kepercayaan,
pengalaman dari masing-masing informan.
Kata Kunci: Pemaknaan Khalayak, Difabel Mental, Pembinaan Hubungan, Isu
Kesehatan Mental, Drama Korea It’s Okay to Not be Okay
132 kom 2022
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | Social Science and Political Science |
Divisions: | Faculty of Social and Political Sciences > Department of Communication |
Depositing User: | diana nirwani |
Date Deposited: | 04 Dec 2024 07:47 |
Last Modified: | 04 Dec 2024 07:47 |
URI: | https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/27806 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |