Sadewa, Putra Anugrah and Paramita, Dina and Sutiyono, Doso (2024) PERBANDINGAN EFEKTIVITAS DEXMEDETOMIDINE DENGAN FENTANYL SEBAGAI ANESTESI ADJUVANT BUPIVACAIN HIPERBARIK PADA OPERASI SEKSIO SESAREA. Masters thesis, Universitas Diponegoro.
![]() |
Text (ABSTRAK-KTI)
ABSTRAK-KTI.pdf Download (54kB) |
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas pemberian dexmedetomidine dibandingkan dengan fentanyl sebagai adjuvan anestesi pada pasien yang menjalani operasi seksio sesarea dengan anestesi spinal menggunakan bupivakain hiperbarik. Studi ini merupakan uji klinis acak yang dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang selama satu bulan, melibatkan 16 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pasien dibagi secara acak menjadi dua kelompok, masing-masing terdiri dari 8 pasien: kelompok P1 menerima dexmedetomidine 5 mcg dan kelompok P2 menerima fentanyl 25 mcg sebagai adjuvan intratekal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dexmedetomidine memiliki keunggulan signifikan dibandingkan fentanyl dalam berbagai parameter klinis. Durasi analgesia pada kelompok dexmedetomidine rata-rata mencapai 360 menit, lebih panjang dibandingkan kelompok fentanyl yang rata-rata 261,25 menit. Durasi blok motorik juga lebih lama pada kelompok dexmedetomidine (291,25 menit) dibandingkan dengan kelompok fentanyl (231,25 menit). Onset blok sensorik dan motorik lebih cepat pada kelompok dexmedetomidine, dengan rata-rata onset sensorik 2,3 menit dan motorik 3 menit, sedangkan pada kelompok fentanyl masing-masing 5,38 menit dan 6,75 menit. Kebutuhan akan obat rescue analgesik lebih rendah pada kelompok dexmedetomidine, dengan rata-rata 6 dosis, dibandingkan dengan kelompok fentanyl yang membutuhkan rata-rata 9,63 dosis. Kualitas analgesia dinilai lebih baik pada kelompok dexmedetomidine, di mana 37,5% pasien melaporkan kualitas sangat baik dan 62,5% melaporkan kualitas baik. Sebaliknya, pada kelompok fentanyl, tidak ada pasien yang melaporkan kualitas sangat baik, 50% melaporkan kualitas baik, dan sisanya melaporkan kualitas biasa atau buruk.Parameter hemodinamik menunjukkan bahwa dexmedetomidine memiliki profil yang lebih stabil. Meskipun terjadi penurunan tekanan arteri rata-rata (MAP) yang lebih besar pada kelompok dexmedetomidine, tidak ada kejadian hipotensi yang dilaporkan, sedangkan pada kelompok fentanyl terdapat kejadian hipotensi sebesar 12,5%. Kejadian bradikardia tidak terjadi pada kelompok dexmedetomidine, sementara pada kelompok fentanyl terjadi pada 12,5% pasien. Skor APGAR neonatus pada kelompok dexmedetomidine lebih tinggi, dengan rata-rata skor 9 pada menit pertama dan 10 pada menit kelima. Pada kelompok fentanyl, rata-rata skor APGAR adalah 7,88 pada menit pertama dan 8,88 pada menit kelima. Hal ini menunjukkan bahwa dexmedetomidine lebih aman bagi neonatus dan tidak mempengaruhi kondisi bayi baru lahir secara negatif.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa dexmedetomidine sebagai adjuvan intratekal lebih efektif daripada fentanyl dalam memperpanjang durasi analgesia, meningkatkan kualitas analgesia, mempercepat onset blok, serta memiliki profil hemodinamik dan efek samping yang lebih baik. Penggunaan dexmedetomidine juga aman bagi neonatus, ditunjukkan oleh skor APGAR yang lebih tinggi. Dengan demikian, dexmedetomidine dapat dipertimbangkan sebagai alternatif yang lebih baik dibandingkan fentanyl sebagai adjuvan anestesi pada operasi seksio sesarea.
Kata Kunci: Dexmedetomidine, Fentanyl, Anestesi Spinal, Seksio Sesarea, Analgesia, Skor APGAR.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Kata Kunci: Dexmedetomidine, Fentanyl, Anestesi Spinal, Seksio Sesarea, Analgesia, Skor APGAR. |
Subjects: | Medicine |
Divisions: | Faculty of Medicine > Master Program of Specialist Medical |
Depositing User: | Upload Mandiri FK |
Date Deposited: | 05 Dec 2024 04:11 |
Last Modified: | 05 Dec 2024 04:11 |
URI: | https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/27777 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |