Search for collections on Undip Repository

ANALISIS PERENCANAAN PENATAAN KAWASAN SUAKA MARGASATWA GUNUNG TUNGGANGAN, SRAGEN, JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN SENSITIVITAS EKOLOGIS DAN TEKANAN EKOLOGIS MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

FARIZAL, Abob and Bambang, Azis Nur and Budihardjo, Mochamad Arief (2021) ANALISIS PERENCANAAN PENATAAN KAWASAN SUAKA MARGASATWA GUNUNG TUNGGANGAN, SRAGEN, JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN SENSITIVITAS EKOLOGIS DAN TEKANAN EKOLOGIS MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG). Masters thesis, School of Postgraduate Studies.

[img] Text
1 Cover Daftar Isi.pdf

Download (560kB)
[img] Text
2 BAB I.pdf

Download (232kB)
[img] Text
3 BAB II.pdf

Download (357kB)
[img] Text
4 BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (411kB)
[img] Text
5 BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (7MB)
[img] Text
6 BAB V.pdf

Download (19kB)
[img] Text
7 Ringkasan.pdf

Download (115kB)
[img] Text
8 Daftar Pustaka.pdf

Download (204kB)

Abstract

Perkembangan teknologi dan pertambahan penduduk di Indonesia telah mempengaruhi kelestarian sumber daya alam, termasuk hutan di Indonesia. Adanya perkembangan tersebut membuat Pemerintah menyesuaikan peraturan yang ada dengan mengakomodir keberadaan masyarakat yang tinggal dan berinteraksi di sekitar hutan. Pemerintah kemudian menerbitkan Peraturan Menteri Lingkungan dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor P.76/Menlhk-Setjen/2015 yang mengatur kriteria penataan zona/blok di kawasan hutan konservasi. Peraturan tersebut juga mengakomodir masyarakat sekitar untuk mendapatkan akses dan manfaat dari kawasan hutan konservasi. Terdapat beberapa kendala terkait pelaksanaan PermenLHK 76 tahun 2015 yang dialami oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian LHK di Indonesia saat ini yaitu baru sebanyak 305 kawasan dari 552 kawasan hutan konservasi yang telah dilakukan penataan kawasan hutannya (Setditjen KSDAE, 2018). Terkait hal tersebut, maka penelitian terkait dengan penataan kawasan hutan sangat diperlukan saat ini. Satu diantara kawasan yang perlu disesuaikan penataan bloknya adalah Suaka Margasatwa (SM) Gunung Tunggangan. Hal itu disebabkan penyusunannya masih menganut nomenklatur peraturan lama yang sudah dicabut, dimana paradigmanya tidak melibatkan masyarakat dan tidak mengijinkan adanya aktivitas manusia di dalam kawasan hutan konservasi, sehingga perlu disesuaikan dengan PermenLHK nomor 76 tahun 2015. Bagaimana menghasilkan penataan blok kawasan SM Gunung Tunggangan yang seimbang antara fungsi perlindungan dan pemanfaataannya sesuai dengan PermenLHK nomor 76 tahun 2015 dapat dirumuskan dalam pertanyaan masalah penelitian yaitu bagaimana sensitivitas ekologis dan tekanan ekologis pada kawasan hutan SM Gunung Tunggangan menggunakan SIG, serta bagaimana penentuan blok kawasan hutan SM Gunung Tunggangan berdasarkan tingkat sensitivitas dan tekanan ekologis menggunakan SIG? Terkait dengan hal itu, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi sensitivitas ekologis dan tekanan ekologis SM Gunung Tunggangan guna menentukan klasifikasi sensitivitas ekologis dan tekanan ekologis pada kawasan ini, serta untuk menyusun penentuan blok kawasan hutan SM Gunung Tunggangan.
Penelitian ini menggunakan metode analisis spasial dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan pendekatan kuantitatif berjenjang. Metode kuantitatif berjenjang tersebut dilakukan dengan melakukan analisis dari nilai-nilai sensitivitas ekologis dan tekanan ekologis dari kawasan SM Gunung Tunggangan. Data spasial nilai sensitivitas ekologis meliputi data klasifikasi tutupan vegetasi, tingkat kebasahan/sumber air, tutupan lahan, kelerengan, kepekaan jenis tanah terhadap erosi, kepekaan jenis batuan (geologi) terhadap longsor, dan lokasi habitat flora dan fauna dilindungi. Data spasial nilai tekanan ekologis meliputi data klasifikasi potensi aktivitas masyarakat di dalam kawasan berdasarkan jarak dari pemukiman, jalan, kebun, dan sungai, data lokasi aksesibilitas masyarakat di dalam kawasan, lokasi religi/budaya, lokasi terbangun, lokasi perambahan, dan potensi lokasi wisata terbatas dan data lokasi kebakaran. Data tersebut kemudian dianalisis dengan metode tumpang susun (overlay) dan dijumlahkan skor nilainya untuk selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan jumlah total skornya. Hasil dari overlay tersebut digunakan untuk penetapan blok kawasan SM Gunung Tunggangan dengan menggunakan kriteria ekologis dari Kusumandari dan Sabaruddin (2014).
Hasil analisis nilai sensitivitas ekologis diketahui bahwa 52.815 Ha kawasan SM Gunung Tunggangan termasuk mempunyai sensitivitas ekologis yang tinggi dan sekitar 49.661 Ha mempunyai sensitivitas ekologis yang sedang. Berdasarkan hasil tersebut, nilai sensitivitas ekologis yang tinggi menunjukkan bahwa kawasan ini mempunyai nilai penting sebagai penyangga kehidupan dan habitat bagi flora dan fauna yang hidup pada kawasan ini, seperti burung elang hitam, kijang, landak, biawak, dan berbagai jenis burung lain (Yuniarsih, et al. 2014). Selain itu, menunjukkan pula bahwa kawasan ini rentan mengalami kerusakan bila mengalami gangguan berupa aktivitas manusia atau perubahan alami (Yuanzheng et al., 2017). Kawasan SM Gunung Tunggangan termasuk mempunyai nilai tekanan ekologis tinggi seluas 25,54 Ha, tekanan ekologis sedang seluas 60,22 Ha, dan tekanan ekologis rendah seluas 16,76 Ha. Adanya interferensi eksternal terhadap kawasan SM Gunung Tunggangan akan menambah tekanan ekologis pada kawasan ini. Apabila ekosistem kawasan ini dapat menahan tekanan yang ada, maka kawasan ini akan tetap stabil dan sehat. Namun, ketika tekanannya melebihi batas ketahanan kawasan ini, maka secara ekologis mungkin menghadapi perubahan yang tidak dapat balik dan kehilangan sebagian, atau semua fungsi ekologisnya.
Berdasarkan interpretasi hasil penelitian disimpulkan bahwa kawasan SM Gunung Tunggangan terbagi menjadi 3 (tiga) blok pengelolaan, yaitu blok perlindungan seluas 91.04 Ha, blok pemanfaatan seluas 11,409 Ha, dan blok khusus seluas 0,052 Ha. Penataan blok tersebut sangat sesuai bagi kawasan SM Gunung Tunggangan sebagai kawasan konservasi, yang mempunyai tujuan utama sebagai perlindungan habitat flora dan fauna, namun masih mengakomodir adanya pemanfaatan secara lestari di dalam kawasan ini. Penataan blok kawasan SM Gunung Tunggangan ini menggunakan salah satu metode dari banyak metode yang ada melalui pendekatan sistem informasi geografis, sehingga ini masih perlu penyempurnaan agar hasilnya optimal. Oleh karena itu rekomendasi utama dari penelitian ini adalah perlu adanya konsultasi publik untuk membahas hasil penataan blok SM Gunung Tunggangan ini. Konsultasi publik tersebut diperlukan guna mendapatkan masukan dari pengelola kawasan, masyarakat setempat dan pihak terkait yang berkepentingan terhadap kawasan ini, sehingga dapat dijadikan bahan masukan untuk penyempurnaan hasil penataan blok SM Gunung Tunggangan.
Kata Kunci : SM Gunung Tunggangan, Penataan Blok, SIG, Sensitivitas Ekologis, Tekanan Ekologis

Technological developments and population growth in Indonesia have affected the sustainability of natural resources, including forests in Indonesia. This development has made the Government adjust existing regulations to accommodate the existence of people who live and interact around the forest. The government then issued a Regulation of the Minister of Environment and Forestry (Permen LHK) Number P.76 / Menlhk-Setjen / 2015 which regulates the criteria for zoning / blocks in conservation forest areas. The regulation also accommodates local communities to gain access and benefits from conservation forest areas. There are several obstacles related to the implementation of PermenLHK 76/2015 experienced by the Technical Implementation Unit (UPT) of the Ministry of Environment and Forestry in Indonesia at this time, namely only 305 areas out of 552 conservation forest areas that have been structured their forest areas (Setditjen KSDAE, 2018). In this regard, research related to forest area arrangement is urgently needed at this time. One of the areas that need to be adjusted according to the block arrangement is the Gunung Tunggangan Wildlife Reserve (SM). This is because the drafting still adheres to the nomenclature of the old regulations that have been revoked, where the paradigm does not involve the community and does not allow human activities in the conservation forest area, so it needs to be adjusted to PermenLHK number 76 of 2015. How to produce a balanced arrangement of the Gunung Tunggangan Wildlife Reserve area. between the function of protection and its utilization in accordance with PermenLHK number 76 of 2015 can be formulated in research problem questions, namely how the ecological sensitivity and ecological pressure on the Gunung Tunggangan Wildlife Reserve using GIS, and how to determine the block of the Gunung Tunggangan Wildlife Reserve forest area based on the level of sensitivity and ecological pressure using GIS? In this regard, the purpose of this study is to analyze the factors that influence the ecological sensitivity and ecological pressure of Mount Tunggangan Wildlife Reserve in order to determine the classification of ecological sensitivity and ecological pressure in this area, as well as to compile the determination of the block of the Gunung Tunggangan Wildlife Reserve.
This study uses a spatial analysis method with a Geographical Information System (GIS) and a tiered quantitative approach. The tiered quantitative method is carried out by analyzing the values of ecological sensitivity and ecological pressure from the Mount Tunggangan Wildlife Reserve area. Spatial data on ecological sensitivity values include vegetation cover classification data, level of wetness / water sources, land cover, slope, sensitivity of soil types to erosion, sensitivity of rock types (geology) to landslides, and location of protected flora and fauna habitat. Spatial data on the value of ecological pressure includes data on the classification of potential community activities in the area based on distance from settlements, roads, gardens and rivers, data on community accessibility locations in the area, religious / cultural locations, built-up locations, encroachment locations, and limited potential tourist sites. and fire location data. The data is then analyzed using the overlay method and the scores are added up and then classified based on the total score. The results of the overlay were used to determine the block for the Mount Tunggangan Wildlife Reserve using the ecological criteria from Kusumandari and Sabaruddin (2014).
The results of the analysis of the value of ecological sensitivity showed that 52,815 hectares of Mount Tunggangan Wildlife Reserve had high ecological sensitivity and around 49,661 hectares had moderate ecological sensitivity. Based on these results, the high value of ecological sensitivity indicates that this area has important values as life support and habitat for flora and fauna that live in this area, such as black eagles, deer, porcupines, monitor lizards, and various other bird species (Yuniarsih, et al. 2014). In addition, it also shows that this area is prone to damage if it experiences disturbances in the form of human activities or natural changes (Yuanzheng et al., 2017). The Gunung Tunggangan Wildlife Reserve area includes a high ecological pressure value of 25.54 hectares, moderate ecological pressure of 60.22 hectares, and low ecological pressure of 16.76 hectares. The existence of external interference to the Mount Tunggangan Wildlife Reserve will increase the ecological pressure in this area. If the ecosystem in this area can withstand the existing pressure, this area will remain stable and healthy. However, when the pressure exceeds the resilience limit of this area, it is ecologically possible to face irreversible changes and lose some, or all of its ecological functions.
Based on the interpretation of the research results, it is concluded that the Gunung Tunggangan Wildlife Reserve area is divided into 3 (three) management blocks, namely the protection block covering an area of 91.04 Ha, the utilization block covering an area of 11,409 Ha, and a special block covering an area of 0.052 Ha. The block arrangement is very suitable for the Mount Tunggangan Wildlife Reserve area as a conservation area, which has the main objective of protecting the habitat of flora and fauna, but still accommodates sustainable use in this area. The block arrangement for the Gunung Tunggangan Wildlife Reserve uses one of the many existing methods through the geographic information system approach, so it still needs improvement so that the results are optimal. Therefore, the main recommendation of this research is that there is a need for public consultation to discuss the results of the arrangement of the Gunung Tunggangan Wildlife Reserve. This public consultation is needed to obtain input from the area manager, local community and related parties with an interest in this area, so that it can be used as input for improving the results of the arrangement of the Gunung Tunggangan Wildlife Reserve.
Keywords: Mount Tunggangan Wildlife Reserve, Block Arrangement, GIS, Ecological Sensitivity, Ecological Pressure

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: SM Gunung Tunggangan, Penataan Blok, SIG, Sensitivitas Ekologis, Tekanan Ekologis
Subjects: Engineering > Urban and Regional Planning
Divisions: Postgraduate Program > Master Program in Environmental Science
Depositing User: ekana listianawati
Date Deposited: 26 Apr 2022 04:55
Last Modified: 26 Apr 2022 04:55
URI: https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/5993

Actions (login required)

View Item View Item