Search for collections on Undip Repository

Doktrin, Amaliah, dan Pengajaran Tarekat Tijaniah di Buntet Pesantren, Mertapada Kulon, Astanajapura, Cirebon, 1987-2016

Syahreza, Muhammad (2019) Doktrin, Amaliah, dan Pengajaran Tarekat Tijaniah di Buntet Pesantren, Mertapada Kulon, Astanajapura, Cirebon, 1987-2016. Undergraduate thesis, Universitas Diponegoro.

[img] PDF
Muhammad Syahreza.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial.

Download (881kB)

Abstract

Skripsi dengan judul “Doktrin, Amaliah, dan Pengajaran Tarekat Tijaniah di Buntet Pesantren, Mertapada Kulon, Astanajapura, Cirebon, 1987-2016”, ini membahas dua permasalahan utama, yaitu pengajaran doktrin dan amaliah
Tarekat Tijaniyah dan pengajarannya di Buntet Pesantren, Cirebon. Metode yang digunakan adalah metode sejarah, yang meliputi empat tahap, yakni pengumpulan sumber, kritik, interpretasi, dan penulisan. Skripsi ini menemukan bahwa perkembangan Tarekat Tijaniyah dapat
dilihat dari pengaruh para muqodam (pengajar) dalam menyebarkan Tarekat Tijaniyah di wilayah Buntet Pesantren Cirebon. Mereka mendapatkan pengajaran dari guru-guru mereka, yang memiliki hubungan langsung dengan pendiri tarekat ini. Tarekat Tijaniah merupakan tarekat yang didirikan oleh Abul Abbas Ahmad At-Tijani yang bernama asli Ahmad bin Muhammad Al-Mukhtar At-Tijani seorang ulama dari Aljazair. Salah seorang di antara pengikut Tijani yang berhasil menyebarkan ajaran Tarekat Tijaniah ke Pulau Jawa adalah Syaikh Ali bin Abdullah al-Thayyib al-Azhari dengan menerbitkan kitab berjudul Munyatul
Murid. Ia menyebarkan ajaran Tijaniah ke Indonesia, yaitu kepada Kyai Abbas, pengasuh Pondok Buntet Pesantren. Namun, karena Kyai Abbas telah menduduki jabatan sebagai Mursyid Tarekat Syatariah, maka keinginan tersebut diberikan kepada Kyai Anas. Melalui Kyai Anas dan murid-muridnya ajaran Tarekat Tijaniah tersebar di berbagai daerah seperti Surabaya, Madura, Brebes, Pekalongan, Tegal, dan Garut. Pada awal perkembangan, pengajaran Tarekat Tijaniyah mendapatkan banyak penolakan keras mengenai keabsahan dari tarekat tersebut. Hal ini karena
doktrin dan amaliah Tijaniyah dianggap menyimpang dari Tarekat pada umumnya. Adanya perbedaan pendapat di kalangan non-Tijani dikarenakan ucapan Syaikh Tijani yang dianggap kontroversial, yakni menganggap diri sebagai penutup para wali dan sanad tarekat-nya yang langsung kembali kepada Nabi. Namun, pada 1987, permasalahan kontroversial itu dapat diselesaikan melalui acara Idul Khotmi yang diselenggarakan oleh Buntet Pesantren sebagai
upaya untuk memberikan pemahaman kepada non-Tijani. Puncaknya adalah pertemuan forum organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pada agustus 1931, sebuah organisasi persatuan tarekat di Nusantara yang berada di bawah paying Nahdlatul Ulama (NU). Pada pertemuan itu, Taekat Tijaniah diterima oleh hadirin dan menjadi salah satu tarekat mu’tabar. Pengajaran Tarekat Tijaniah di Buntet Pesantren menjadi salah satu bukti, posisi Buntet Pesantren sebagai salah satu simpul tarekat di Nusantara, di samping Tarekat Syatariyah yang diasuh oleh Kyai Abbas.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Tarekat Tijaniah; Buntet Pesantren; Cirebon
Subjects: Undip Formal Documents
Divisions: Faculty of Humanities > Department of History
Depositing User: Lindra Astupi Sejarah
Date Deposited: 23 Feb 2021 04:08
Last Modified: 23 Feb 2021 04:08
URI: https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/4230

Actions (login required)

View Item View Item