Search for collections on Undip Repository

Kekumuhan di Perkampungan Nelayan Tambak Lorok Kota Semarang 1970-1993

Sibghatullah, Muhammad (2019) Kekumuhan di Perkampungan Nelayan Tambak Lorok Kota Semarang 1970-1993. Undergraduate thesis, Universitas Diponegoro.

[img] PDF
Muhammad Sibghatullah.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial.

Download (7MB)

Abstract

Skripsi ini memaparkan kajian sejarah berjudul “Kekumuhan di Perkampungan Nelayan Tambak Lorok Kota Semarang 1970-1993”. Adapun permasalahan yang disajikan dalam skripsi ini adalah proses berkembangnya kekumuhan dalam kehidupan masyarakat pesisir di Tambak Lorok, kemudian bagaimana dampak dan masalah yang timbul akibat kekumuhan tersebut terhadap kehidupan masyarakat di Tambak Lorok dan bagaimana upaya pemerintah serta masyarakat dalam menghadapi kekumuhan tersebut sampai tahun 1993. Penulisan skripsi ini menggunakan metode sejarah kritis yang mencakup empat langkah yaitu pengumpulan sumber primer dan sekunder, kritik sumber yang terdiri dari kritik ekstern dan kritik intern agar sumber memiliki otentisitas dan kredibilitas. Interpretasi terhadap fakta yang ada dan terakhir penulisan kembali peristiwa sejarah secara deskriptif analitis. Pendekatan yang digunakan
adalah sejarah lingkungan. Penduduk Tambak Lorok ialah kalangan penghasil perikanan di Semarang yang tinggal di lingkungan kumuh pesisir. Kekumuhan di pesisir memiliki karakter tersendiri yang berbeda dengan daerah lainnya. Tahun 1970, Semarang sedang giatnya membangun perindustrian, salah satunya dilakukan di Tambak Lorok. Di saat yang sama, arus urbanisasi ke Semarang meningkat pesat. Orang-orang desa menyerbu kota karena kemiskinan.
Penduduk tersebut membutuhkan tempat tinggal di kota. Mereka yang memiliki cukup modal dapat mencari permukiman layak. Bagi mereka yang memiliki pekerjaan seperti nelayan, buruh kasar, kuli bongkar, pedagang, pembuat ikan asin, pengupas kerang, dan sektor informal lainnya yang tidak banyak menghasilkan pemasukan yang cukup, ada yang memilih tinggal di Tambak Lorok. Mereka mendirikan gubuk-gubuk atau rumah kumuh tak permanen yang berbahan kayu, bambu, dan kardus. Pemerintah Semarang belum mampu memberi permukiman yang layak bagi kalangan tersebut, akibatnya Tambak Lorok menjadi kawasan permukiman kumuh. Masalah permukiman kumuh kemudian berkembang ke masalah lainnya seperti kesehatan dan lingkungan. Perhatian dunia terhadap lingkungan tahun 1980 memberi implikasi
terhadap perbaikan lingkungan. Pemerintah orde baru menggelorakan perbaikan lingkungan melalui ajang kompetisi berskala nasional. Penghargaan adipura
diberikan untuk kota yang berhasil memenangkan kompetisi tersebut. Tahun 1990, Kota Semarang bersiap-siap turut serta dalam ajang tersebut. Semarang menggiatkan pembangunan, menyediakan fasilitas di permukiman, kerja bakti warga diadakan di seluruh penjuru kota. Tahun 1991, fasilitas listrik akhirnya mulai memasuki perkampungan seperti di Tambak Lorok. Harapan untuk memecahkan masalah permukiman kumuh semakin terbuka. Pada tahun yang sama, Kota Semarang berhasil mendapatkan penghargaan adipura. Semangat dalam menangani pemasalahan lingkungan di wilayah Semarang Utara membuahkan upaya untuk mengintegrasi program di kawasan Tambak Lorok. Tahun 1993, Tambak Lorok secara administratif berpindah dari Kelurahan Rejomulyo menjadi Kelurahan Tanjung Mas untuk mewujudkan program yang lebih tepat.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Tambak Lorok; Semarang; Kampung Nelayan
Subjects: Undip Formal Documents
Divisions: Faculty of Humanities > Department of History
Depositing User: Lindra Astupi Sejarah
Date Deposited: 23 Feb 2021 04:03
Last Modified: 23 Feb 2021 04:03
URI: https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/4229

Actions (login required)

View Item View Item