Search for collections on Undip Repository

Nayoko Mengepak Sayap Adyaksa, Tergapai Pangreksa Budaya: Berawal Sunarso Sebagai Hakim Bermetamorfose Menjadi Dhalang

Nurhaq, Widiazhari (2020) Nayoko Mengepak Sayap Adyaksa, Tergapai Pangreksa Budaya: Berawal Sunarso Sebagai Hakim Bermetamorfose Menjadi Dhalang. Undergraduate thesis, Universitas Diponegoro.

[img] PDF
Widiazhari Nurhaq.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial.

Download (740kB)

Abstract

Skripsi ini mengangkat biografi Sunarso, budayawan yang tinggal di Semarang, dengan judul, “NAYOKO MENGEPAK SAYAP ADYAKSA, TERGAPAI PANGREKSA BUDAYA: Berawal Sunarso Sebagai Hakim Bermetamorfose Menjadi Dhalang”. Sesuai dengan judulnya, penelitian ini menggunakan metode
sejarah yang terdiri atas lima tahapan, yaitu pemilihan topik, penumpulan sumber,kritik sumber, interpretasi, dan historiografi/penulisan sejarah. Dengan metode
sejarah dapat dijelaskan mengenai perjalanan hidup dan karir Sunarso secara kronologis. Permasalahan penelitian ini adalah peranan Sunarso dalam seni
pranatacara dan seni pedalangan, peran Sunarso terhadap berdirinya cabang Permadani di beberapa kabupaten dan peranan dalam pelestarian budaya Jawa.
Sunarso adalah seorang hakim yang mengawali kiprahnya dalam seni dan budaya Jawa dengan mengikuti kursus pranatacara di Permadani cabang Magelang pada tahun 1989, untuk menjadi seorang pranatacara. Kemudian berperan dalam melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Jawa melalui Permadani. Di tempat Sunarso ditugaskan sebagai hakim, ia tetap aktif dalam kegiatan-kegiatan
kebudayaan maupun kegiatan yang diadakan oleh Permadani, sehingga pada tahun 2014, ia ditunjuk menjadi Dewan Pakar Permadani di Permadani Pusat.
Kecintaan Sunarso dengan kebudayaan Jawa tidak hanya berhenti dengan aktif dalam kegiatan Permadani saja. Pada tahun 2016, Ia juga mendirikan Sanggar Pangreksa Budaya di kediamannya untuk mengajarkan seni tari dan seni karawitan kepada orang di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Selain itu, Sunarso menjadi penggerak kegiatan bersih desa yang rutin dilakukan di lingkungan tempat tinggalnya. Sunarso juga mulai mengembangkan sayapnya dengan menjadi seorang dhalang wayang kulit sebagai upaya nyata dalam melestarikan kebudayaan Jawa.
Berdasarkan pembahasan di depan, dapat benang merah bahwa meskipun tidak memiliki latar belakang seni dan budaya, namun Sunarso di tengah kesibukannya sebagai seorang hakim, ia mampu konsisten dalam melestarikan dan
mengembangkan budaya Jawa. Berangkat dari seorang anak desa biasa, kini mampu melakukan perubahan dan secara perlahan mewujudkan mimpi-mimpinya untuk terus melestarikan kebudayaan Jawa bersama Permadani hingga ia
mendapatkan kekancingan Kanjeng Raden Ario Sunarso Pradoto Budyadiningrat, S.H. M.H., yang diberikan oleh Lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Budaya Jawa, Permadani, Dhalang
Subjects: Undip Formal Documents
Divisions: Faculty of Humanities > Department of History
Depositing User: Lindra Astupi Sejarah
Date Deposited: 22 Feb 2021 10:20
Last Modified: 22 Feb 2021 10:20
URI: https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/4226

Actions (login required)

View Item View Item