Savorta, Raksi Pegah (2020) Perkembangan Kecamatan Jatinangor menjadi Kota Perguruan Tinggi Tahun 1982 - 2013. Undergraduate thesis, Universitas Diponegoro.
Full text not available from this repository.Abstract
Skripsi ini berjudul “Perkembangan Kecamatan Jatinangor Menjadi Kota Perguruan Tinggi Tahun 1982 - 2013”. Skripsi ini menyajikan dinamika yang dialami Kecamatan Jatinangor dalam prosesnya dijadikan Kota Perguruan Tinggi.
Adapun masalah yang disajikan adalah bagaimana perkembangan serta permasalahan timbul dari kebijakan tersebut, serta upaya dalam mengatasinya.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah kritis dengan mencakup empat langkah yaitu heuristik atau pengumpulan sumber, kemudian kritik sumber yang dalam penelitian ini hanya menggunakan kritik intern untuk mengetahui kredibilitas sumber, interpretasi fakta dengan mengaitkan fakta yang satu dan lainnya, serta yang terakhir yaitu historiografi atau penulisan kembali peristiwa sejarah secara deskriptif analitis. Skripsi ini menggunakan pendekatan sosiologi perkotaan.
Antara tahun 1977 hingga tahun 1982, jumlah mahasiswa yang menuntut ilmu di Kota Bandung naik hingga melebihi 200 persen, dari 36.000 mahasiswa bertambah menjadi 80.518 mahasiswa. Kenaikan jumlah civitas akademi ini tentu menimbulkan kebutuhan akan lahan untuk kampus baru, hunian mahasiswa, dan sarana prasarana lainnya. Kebutuhan akan lahan inilah yang membuat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa Barat mengajukan untuk menciptakan magnet baru di wilayah sekitar agar perkembangan kota Bandung tetap seimbang.
Pengajuan ini diterima oleh Pemerintah daerah Jawa Barat dengan memilih Jatinangor yang berjarak 23 Km dari Bandung menjadi magnet baru bagi arus urbanisasi dengan memindahkan sebagian universitas di Bandung ke kawasan
tersebut. Relokasi tersebut dimulai pada tahun 1982, dengan mulai beroperasinya IKOPIN di Jatinangor. Disusul pendirian Universitas Padjajaran (UNPAD) pada tanggal 14 Mei 1982, lalu Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) di tahun 1981, serta kampus Universitas Winaya Mukti (UNWIM) pada 1986. Pada tahun 1989, oleh Gubernur Jawa Barat secara resmi Jatinangor dijadikan sebagai
Kota Perguruan Tinggi (KPT) dengan pembangunan ke depannya diarahkan sebagai kota pendidikan. Hal tersebut menciptakan banyak pertumbuhan dalam berbagai bidang, namun juga menciptakan permasalahan perkotaan baru, seperti macet, banjir, kekumuhan, dll. Perencanaan pembangunan Jatinangor menjadi tidak terarah, sehingga pertumbuhan kota melenceng dari rencana semula yaitu
KPT. Pada tahun 2010, bersamaan dengan pembentukan Bandung sebagai kota metropolitan yang membutuhkan kawasan penyangga, Jatinangor juga mulai kembali diperhatikan dengan serius. Perencanaan pembangunannya mulai diarahkan kembali menjadi KPT, dengan fokus utamanya adalah menyelesaikan masalah perkotaan dan memberikan identitas pendidikan pada kota tersebut.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Perubahan Lahan, Jatinangor |
Subjects: | Undip Formal Documents |
Divisions: | Faculty of Humanities > Department of History |
Depositing User: | Users 41 not found. |
Date Deposited: | 22 Feb 2021 09:14 |
Last Modified: | 22 Feb 2021 09:14 |
URI: | https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/4210 |
Actions (login required)
View Item |