Inayah, Nur (2020) Pemikiran Ahmad Bahruddin tentang Pendidikan Luar Sekolah dan Kontribusinya dalam pengembangan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Qaryah Thayyibah, 2003-2016. Undergraduate thesis, Universitas Diponegoro.
Full text not available from this repository.Abstract
Skripsi ini membahas mengenai pemikiran dan kontribusi Ahmad Bahruddin dalam pengembangan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Qaryah Thayyibah, dari 2003 hingga 2016, melalui empat tahap dalam metode sejarah, yakni heuristik,kritik, interpretasi, dan penulisan sejarah. Melalui penggunaan konsep sejarah pemikiran, skripsi ini fokus pada tiga permasalahan, yakni pertama, pemikiran
Ahmad Bahruddin terhadap pendidikan luar sekolah; kedua, faktor-faktor yang melatarbelakangi Ahmad Bahruddin dalam mendirikan PKBM Qaryah Thayyibah; dan ketiga, kontribusi Ahmad Bahruddin dalam pengembangan PKBM Qaryah
Thayyibah.
Ahmad Bahruddin lahir pada 9 Februari 1965. Bahruddin merupakan anak keempat dari lima dari pasangan KH Abdul Halim dan Hj. Nyai Nafijatul Miskiyah.
Ia menyelesaikan pendidikan sarjana lulusan Fakultas Tarbiyahdi IAIN Walisongo Salatiga pada tahun 1993. Pada 1993, dari hasil diskusi tersebut mampu melahirkan
kelompok petani yang bernama Al Barokah. Di sebuah lokakarya yang diadakan di Hotel Beringin, Salatiga pada 14 Agustus 1999, berdirilah SPPQT yang merupakan
gabungan 13 paguyuban petani, termasuk salah satunya Al Barokah dari Kalibening.
Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah (SPPQT) adalah organisasi pemberdayaan komunitas desa. Penguatan pendidikan alternatif untuk rakyat dalam rangka pemberdayaan desa. Pemberdayan petani, terlebih bagi keluarga petani itu sendiri. SPPQT bertekad mendirikan komunitas belajar untuk anak-anak petani, yang bernama Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah (SAQT) pada 2003.
Pendirian Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah bermula saat Bahruddin menjabat sebagai ketua Rukun Warga di Desa Kalibening pada pertengahan 2003.
Komitmen utama pengembangan SAQT adalah murah dan bermutu. Ia tertarik dan prihatin terhadap dunia pendidikan, karena banyak masyarakat di sekitar adalah
petani. SAQT dinilai sebagai solusi untuk mangatasi permasalahan tentang pendidikan di masyarakat berkembang karena penekanan pada mutu pendidikan
yang berkualitas bisa dijangkau oleh semua orang. Pendidikan berkualitas seharusnya tidak harus serba mahal yang hanya bisa dijangkau oleh anak-anak orang kaya, tetapi termasuk masyarakat miskin juga bisa mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
SAQT menginduk pada SMPN 10 Salatiga di Tingkir. Sementara itu, menginjak tahun kedua sekolah, hubungannya dengan SMPN 10 kurang lancar. Pada tahun ajaran
2005/2006 SAQT tidak lagi menginduk ke SMPN 10 Salatiga. Konsekuensi yang terjadi adalah perubahan status dari satuan pendidikan formal menjadi pendidikan nonformal. Pada 2008, SAQT berubah nama menjadi PKBM Qaryah Thayyibah.
PKBM Qaryah Thayyibah yang didirikan oleh Ahmad Bahruddin karena kurikulum nasional pun dipandang semakin tidak sesuai dengan kebutuhan murid Qaryah Thayyibah. Melalui pendidikan PKBM Qaryah Thayyibah menjadi alternatif untuk
warga yang tidak melanjutkan pendidikan ke lembaga formal dan bersekolah yang berkualitas dengan biaya yang terjangkau. Salah satu prinsip pendidikan PKBM
Qaryah Thayyibah yaitu prinsip pendidikan yang membebaskan, berbiaya secukupnya, dan pembelajaran sesuai kebutuhan masyarakat.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Pemikiran, PKBM Qaryah Tayyibah, Perkembangan |
Subjects: | Undip Formal Documents |
Divisions: | Faculty of Humanities > Department of History |
Depositing User: | Users 41 not found. |
Date Deposited: | 22 Feb 2021 08:04 |
Last Modified: | 22 Feb 2021 08:04 |
URI: | https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/4201 |
Actions (login required)
View Item |