Search for collections on Undip Repository

Pemikiran Arief Budiman Tentang Negara dan Kebudayaan, 1966-2004: Dari Pembangunan Indonesia Hingga Perdebatan Sastra Kontekstual

TAYEB, FARID FARDON (2018) Pemikiran Arief Budiman Tentang Negara dan Kebudayaan, 1966-2004: Dari Pembangunan Indonesia Hingga Perdebatan Sastra Kontekstual. Undergraduate thesis, Universitas Diponegoro.

[img] PDF
Farid Fardon Tayeb.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial.

Download (1MB)

Abstract

Penelitian ini berjudul “Pemikiran Arief Budiman Tentang Negara dan Kebudayaan, 1966-2004: Dari Pembangunan Indonesia Hingga Perdebatan Sastra Kontekstual”. Selain membahas pemikiran Arief tentang negara dan kebudayaan
pula dibahas bagaimana tersebarnya pemikiran Arief serta mengapa pemikirannya tidak sepopuler pemikir Indonesia lainnya. Penelitian ini dilakukan dengan empat tahap metode sejarah, yakni, heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Selain pende-katan sejarah pemikiran, digunakan juga pendekatan sosiologi pengetahuan untuk memahami perubahan pemikiran Arief Budiman. Membaca pemikiran kenegaraan Arief Budiman, harus dicatat sebagai aktivis terlebih dahulu. Selain lewat tulisan, Mahasiswa Menggugat, Komite Anti Korupsi, Menolak Pembangunan Miniatur Indonesia Indah, dan Golongan Putih adalah bentuk aksi mengkritik orde baru yang ikut didirikannya bersama angkatan 66. Sebagai sosialis, Arief tidak menyangsikan ideologi lainnya seperti kapitalisme, Sistem Perekonomian Pancasila (SPP), dan Agama dapat berhasil jika diterapkan secara baik. Meski akhirnya menolak, Arief merasa perlu ada dialektika, tidak hanya sekadar menerima. Dalam pelbagai polemik, Arief secara sadar membawa Teori Struktural, untuk mendebat Teori Modernisasi. Arief kerap membela mereka yang lemah dan tertindas sebagai korban pembangunan dan kekuasaan, sekali pun, terhadap lawan ideologisnya sebelum Oktober 1965, PKI dan Lekra. Dalam bidang kebudayaan, khususnya Sastra dan Film, Arief menolak untuk meneruskan budaya ‘ganyang-mengganyang’ dan ‘politik adalah panglima’ seperti masa Demokrasi Terpimpin. Pada Kritik Sastra, Arief menghadirkan
Metode Ganzheit, metode penghayatan secara kesuluruhan sebelum menggunakan metode analitiknya yang universal. Meski bersama Manikebu membahas seni untuk seni, pada 1971, Arief melihat seniman dapat mempermasalahkan persoalan masyarakat dalam karyanya. Di saat Sastra Universal mencapai titik jenuhnya, melalui Sastra Kontekstual, Arief mendobrak kemapanan penilaian tunggal sastra universal. Menurutnya, semua karya sastra harus kontekstual, terikat ruang dan waktu, tidak hanya membicarakan estetika. Dalam pemikiran perfilmannya, Arief menolak jika impor film dilarang jika alasannya membuat dekadensi moral pemuda Indonesia. Impor film diperlukan untuk menaikan selera penonton. Pemikiran Arief Budiman, disebarkan dalam media cetak, buku, seminar-seminar serta diskusi formal dan informal. Pemikiran Arief Budiman tidak begitu populer dibanding tokoh sezamannya dikarenakan pemikiran-pemikiran Arief
Budiman kerap mendobrak pemikiran yang sudah mapan dan tunggal digunakan, baik dalam bidang sosial maupun kebudayaan. Melalui pendekata Sosiologi Pengetauan dapat dilihat perubahan pemikirannya yang cukup signifikan dapat dipahami sebagai seorang intelektual yang berdialektika dengan konteks historisnya.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Arief Budiman
Subjects: Undip Formal Documents
Divisions: Faculty of Humanities > Department of History
Depositing User: Lindra Astupi Sejarah
Date Deposited: 18 Feb 2021 04:41
Last Modified: 18 Feb 2021 04:41
URI: https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/4114

Actions (login required)

View Item View Item