Search for collections on Undip Repository

Perubahan Pandangan Masyarakat Terhadap Ikan Sidat di Wilayah Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta Tahun 1987-2014

Mustafa, Ayu Rahmawati (2018) Perubahan Pandangan Masyarakat Terhadap Ikan Sidat di Wilayah Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta Tahun 1987-2014. Undergraduate thesis, Universitas Diponegoro.

[img] PDF
Ayu Rahmawati M..pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial.

Download (2MB)

Abstract

Skripsi yang berjudul Perubahan Pandangan Masyarakat Terhadap Ikan Sidat di Wilayah Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta Tahun 1987 sampai dengan 2014 mengkaji permasalahan: Pertama, bagaimana perkembangan aktivitas
penangkapan ikan sidat di wilayah Kabupaten Gunungkidul tahun 1987-2014. Kedua, bagaimana perubahan pandangan masyarakat terhadap ikan sidat. Ketiga, apa saja faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan tersebut. Untuk
mengkaji permasalahan tersebut digunakan metode sejarah kritis yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: a) Heuristik, mencari dan mengumpulkan sumber-sumber
sejarah. b) Kritik Sumber, untuk mendapatkan otentisitas dan kredibilitas sumber. c) Interpretasi, d) Historiografi. Adapun pendekatan yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini adalah pendekatan fenomenologi yang berfokus pada pengalaman hidup manusia untuk memahami sosial, budaya dan konteks sejarah dimana pengalaman itu terjadi. Sebagian besar masyarakat Gunungkidul bermatapencaharian sebagai petani dan nelayan. Selain pertanian, Kabupaten Gunungkidul juga memiliki potensi
perikanan laut yang cukup besar dan menjadi produsen terbesar ikan laut di Daerah Istimewa Yogyakarta, salah satunya adalah ikan sidat. Ikan sidat di beberapa daerah di Kabupaten Gunungkidul banyak ditemukan di sumber-sumber mata air bawah tanah yang terkoneksi dengan laut seperti Kedung Anyar, Winong dan Gedang Tirto di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo. Selain Dusun Gelaran, Desa Beji, Kecamatan Ngawen, juga memiliki hutan adat Wonosadi yang didalamnya terdapat mata air Pok Blembem, Resah dan Kalas. Semula beberapa sumber mata air tersebut dianggap keramat dan juga ikan sidat yang dijumpai di mata air tersebut tidak boleh ditangkap dan dimakan. Kepercayaan masyarakat tentang mitos tersebut hingga kini masih dilestarikan oleh sebagian masyarakat.
Penangkapan ikan sidat bermula dari hasil tangkapan nelayan Pantai Baron di sekitar muara sungai yang langsung menuju laut di pantai tersebut yang berupa
impun. Segerombolan impun tersebut, oleh nelayan biasa dijadikan rempeyek dan dijajakan di warung-warung sekitar pantai. Tahun 1987 ada seorang pengusaha elver dari Pangandaran yang melakukan pelatihan penangkapan elver di
Pangandaran dan Suyitno, nelayan Baron menjadi perwakilan Gunungkidul. Sejak saat itulah nelayan Baron mengetahui bahwa impun yang selama ini mereka tangkap terdapat anakan ikan sidat, dan ikan sidat menjadi salah satu komoditi tangkapan nelayan Baron. Elver yang ditangkap oleh nelayan Baron awalnya diangkut ke Pangandaran
oleh pengusaha tersebut dengan harga yang masih murah yakni sekitar 40.000 rupiah/kg. Dua tahun berjalan, kegiatan tersebut terhenti karena hasil tangkapan
yang sedikit serta mempertimbangkan biaya transportasi yang jauh. Aktivitas nelayanpun kembali seperti semula dengan menjadikan impun-impun tersebut menjadi rempeyek. Tahun 2010 dengan adanya kemajuan teknologi, mereka
memanfaatkan internet sebagai media promosi dan terjalinlah kerjasama dengan PT Iroha Sidat Indonesia yang berasal dari Banyuwangi. Berawal dari harga 50.000 rupiah/kg dan terus mengalami kenaikan yang signifikan, hingga tahun 2014 mencapai harga tertinggi sebesar 1.000.000 rupiah/kg. Kegiatan penangkapan sidat baik berupa sidat dewasa maupun elver telah banyak dilakukan di tempat-tempat lain seperti di sepanjang sungai-sungai baik itu sungai bawah tanah maupun di goa-goa sepanjang aliran sungai di Kabupaten Gunungkidul yang merupakan jalur migrasi bagi ikan sidat. Sepanjang Sungai Kalisuci yang berasal dari aliran sumber mata air Kalisuci yang terletak di Kecamatan Semanu ini terdapat salah satu goa yang disebut Goa Gelung, disinilah salah satu area yang digunakan untuk memancing sidat. Terdapat juga Sungai
Oyo, salah satu sungai besar yang berada di Provinsi Yogyakarta. Sungai dengan karakteristik berada dibawah gunung-gunung karang ini menjadikannya lokasi yang aman dan terlindungi bagi sidat bersembunyi, sehingga banyak sidat dijumpai di sepanjang sungai ini. Salah satu Goa yang terkenal akan banyaknya sidat di sepanjang sungai ini adalah Goa Pindul. Ada pula Sungai Jirak yang langsung bermuara ke laut yang terletak di Pantai Baron ini menjadi basis utama kegiatan penangkapan elver oleh nelayan Baron sebagai salah satu komoditi ekonomi
Perubahan pandangan masyarakat terkait ikan sidat diakibatkan oleh faktor internal dan eskternal. Faktor internal yang mempengaruhi perubahan tersebut antara lain, potensi alami sidat, kemunculan tokoh dan keterbukaan pemikiran. Wilayah Kabupaten Gunungkidul telah teridentifikasi bahwa terdapat sumber daya ikan sidat yang cukup melimpah. Selain potensi alami sidat, kemunculan tokoh juga turut membuka pemikiran masyarakat bahwa potensi sidat yang banyak ditemukan di sekitar mereka dapat dimanfaatkan secara lebih optimal. Faktor eksternal yang turut mempengaruhi perubahan terebut adalah intervensi teknologi dan masuknya dunia usaha. Penggunaan internet sebagai media promosi turut memudahkan nelayan dalam menjual hasil tangkapan elver, pelatihan penangkapan elver juga merupakan suatu intervensi teknologi. Dalam perkembangan ikan sidat menjadi komoditi dengan nilai ekonomi tinggi, terlebih
dengan semakin besarnya permintaan sidat dari luar negeri.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Ikan Sidat; Gunung Kidul; Penangkapan Ikan
Subjects: Undip Formal Documents
Divisions: Faculty of Humanities > Department of History
Depositing User: Lindra Astupi Sejarah
Date Deposited: 17 Feb 2021 08:32
Last Modified: 17 Feb 2021 08:32
URI: https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/4104

Actions (login required)

View Item View Item