Search for collections on Undip Repository

Menjadi Penyanyi Istana Negara: Nyi Tjondrolukito, Titiek Puspa, dan Waldjinah 1920-1970an

Mufidah, Rafngi (2017) Menjadi Penyanyi Istana Negara: Nyi Tjondrolukito, Titiek Puspa, dan Waldjinah 1920-1970an. Undergraduate thesis, Universitas Diponegoro.

[img] PDF
Rafngi Mufidah.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial.

Download (713kB)

Abstract

Skripsi dengan judul “Menjadi Penyanyi Istana Negara: Nyi Tjondrolukito, Titiek Puspa, dan Waldjinah, 1920-1970an” membahas tentang kiprah tiga penyanyi dari genre karawitan, hiburan, dan keroncong, yang ditampilkan dalam satu frame, yaitu biografi kolektif penyanyi istana negara. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan
metode sejarah dan menggunakan konsep Prosofografi. Prosofografi merupakan istilah lama dari biografi kolektif yang digunakan untuk menginvestigasi latar
belakang seseorang atau kelompok berdasar pada kesamaan profesi. Kehadiran penyanyi istana negara terutama dilatar belakangi oleh dua hal, yaitu kecintaan Sukarno terhadap seni dan serangkaian proses yang mengiringi perjalanan karier ketiga penyanyi tersebut sampai akhirnya berhasil menjadi penyanyi istana negara dan meraih puncak ketenaran. Hal itu terutama karena Nyi Tjondrolukito, Titiek Puspa, dan Waldjinah memiliki latar belakang, baik lingkungan keluarga, pendidikan, maupun pendidikan yang berbeda. Ketiga seniwati yang dibahas dalam skripsi ini tidak mendapatkan pendidikan seni dari sekolah formal. Namun demikian, baik Nyi Tjodrolukito, Titiek Puspa, maupun Waldjinah telah berhasil membuktikan kepada dunia, bahwa mereka adalah penyanyi yang layak diperhitungkan di blantika musik Indonesia, terutama karena berhasil menjadi penyanyi di istana negara. Secara umum, karier Nyi Tjodrolukito sebagai pesindhen berdasar pada tempat berkiprahnya, dapat dibagi menjadi tiga fase;
fase pertama adalah ketika ia masuk ke lingkungan Keraton Yogyakarta, fase kedua adalah ketika ia menjadi pesindhen di RRI Jakarta, dan fase terkhir yang sekaligus mengantarkan Nyi Tjondrolukito ke puncak ketenaran adalah ketika ia menjadi pesindhen langganan istana negara.
Sementara itu, sebelum menginjakan kaki di istana negara dan mencapai puncak ketenarannya, Titiek Puspa harus menjalani serangkaian proses yang setiap tahapnya ia anggap sebagai ujian kenaikan kelas. Serangkaian proses yang juga turut mendewasakan alam pikirannya itu antara lain; “konser rahasia” di dalam kereta, mengikuti perlombaan menyanyi secara diam-diam, sampai akhinya menjadi pengisi acara di RRI Semarang, beberapa kali gagal menjuarai Pemilihan Bintang Radio. Namun demikian, RRI Jakarta rupanya merektrut Titiek Puspa untuk menjadi
penyanyi tetap pada siaran musik hiburan. Hampir sama dengan Titiek Puspa, Waldjinah juga menjadi penyanyi istana negara dan meraih puncak ketenaran setelah mengikuti berbagai perlombaan musik keroncong; baik dalam skala daerah maupun nasional. Dua perlombaan yang menjadi
penanda bahwa Waldjinah telah diterima menjadi penyanyi keroncong antara lain: Ratu Kembang Kacang dan Pemilihan Bintang Radio. Kedua kompetisi musik vokal tersebut diselenggarakan oleh RRI.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Nyi Tjondrolukito; Titiek Puspa; Waldjinah; Karawitan; Keroncong; Pesindhen; Penyanyi Istana
Subjects: Undip Formal Documents
Divisions: Faculty of Humanities > Department of History
Depositing User: Lindra Astupi Sejarah
Date Deposited: 16 Feb 2021 07:20
Last Modified: 16 Feb 2021 07:20
URI: https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/4079

Actions (login required)

View Item View Item