Search for collections on Undip Repository

Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) di Kabupaten Sukoharjo 1975-2015: Kelahiran, Strategi Perluasan, dan Respon Masyarakat

Mahmud, Fatah Ali (2017) Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) di Kabupaten Sukoharjo 1975-2015: Kelahiran, Strategi Perluasan, dan Respon Masyarakat. Undergraduate thesis, Universitas Diponegoro.

[img] PDF
Fatah Ali Mahmud.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial.

Download (860kB)

Abstract

Melalui metode sejarah, skripsi ini mengkaji mengenai Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) di Sukoharjo, dari 1975 sampai dengan 2015. MTA di Sukoharjo direkonstruksi melalui tiga pembahasan utama, yaitu kelahiran, strategi perluasan, dan respon masyarakat. Kelahiran MTA di Sukoharjo dimulai pada 1975. Kelahiran ini ditandai
dengan peresmian cabang pertama MTA di Sukoharjo, yaitu cabang Makamhaji, Kartasura. Berdirinya cabang ini dipelopori oleh dua tokoh, yaitu Ustadz Abdullah Thufail Saputra selaku ketua MTA Pusat Surakarta, dan Drs. Ahmad
Sukina warga Desa Makamhaji, Kartasura. Pada 1979, MTA di Sukoharjo telah mempunyai empat cabang, yaitu Cabang Kartasura, Grogol, Mojolaban, dan Sukoharjo. Jumlah jamaah dan cabang MTA di Sukoharjo dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Pada 1988 MTA di Sukoharjo telah memiliki sepuluh cabang yang tersebar di sepuluh kecamatan yang ada di Sukoharjo. Keberadaan MTA di Sukoharjo pada masa awal keberadaannya menimbulkan berbagai respon dari masyarakat dan ormas-ormas Islam. Respon ini muncul karena terdapat banyak perbedaan dalam hal pemahaman dan praktik-paktik keagamaan antara
jamaah MTA dengan mayoritas masyarakat Islam Sukoharjo. Berbagai respon ditunjukkan oleh masyarakat terhadap keberadaan pengajian MTA di sekitar lingkungan mereka, seperti membubarkan pengajian, memindahkan tempat pengajian, bahkan terjadi kekerasan fisik berupa pemukulan yang dialami jamaah MTA. Perkembangan MTA di Sukoharjo semakin pesat setelah dimulainya era
reformasi pada 1998. Peran pemimpin baru MTA, yakni Ustadz Sukina sangat besar dalam mengembangkan MTA di Sukoharjo. Gagasan-gagasan Ustadz Sukina menarik masyarakat untuk datang ke pengajian Ahad Pagi di Surakarta. Kepemimpinan Ustadz Ahmad Sukina yang berkharisma membuat para peserta pengajian dan jamaah MTA selalu menghadiri setiap kegiatan yang melibatkan Ustadz Sukina. Pada 2006 diadakan peresmian akbar sebanyak cabang baru MTA, sehingga MTA di Sukoharjo memiliki total 25 cabang. Pada 9 Mei 2010, MTA mengadakan lagi peresmian akbar cabang-cabang baru MTA di Sukoharjo, sehingga total mempunyai 33 cabang. Puncaknya pada Desember 2015 diadakan Silaturahmi Nasional MTA di Jakarta dengan agenda peresmian cabang-cabang baru MTA seluruh Indonesia. Pada acara tersebut, sebanyak 13 cabang baru
MTA di Sukoharjo turut pula diresmikan, sehingga total cabang MTA di Sukoharjo sebanyak 46 cabang. Kabupaten Sukoharjo merupakan daerah basis massa MTA terbesar se-Indonesia, setelah Kabupaten Sragen dan Karanganyar.
Perkembangan MTA di Sukoharjo yang cepat disebabkan oleh strategi perluasan MTA. Strategi internal digunakan untuk mejadikan keder MTA tangguh dan peduli terhadap jamaah MTA lainnya. Strategi ekstenal digunakan untuk menarik
simpati dan mengenalkan MTA kepada masyarakat Sukoharjo. Pemanfaatan media komunikasi berupa radio merupakan salah satu faktor penting cepatnya perkembangan MTA di Sukoharjo.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: MTA, Sukoharjo
Subjects: Undip Formal Documents
Divisions: Faculty of Humanities > Department of History
Depositing User: Lindra Astupi Sejarah
Date Deposited: 15 Feb 2021 07:35
Last Modified: 15 Feb 2021 07:35
URI: https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/4057

Actions (login required)

View Item View Item