Search for collections on Undip Repository

KUASA PRABU KELANA SEWANDANA: VERNAKULARISASI DAN PERANG NARASI REYOG PONOROGO

Frengki Nur Fariya, Pratama (2023) KUASA PRABU KELANA SEWANDANA: VERNAKULARISASI DAN PERANG NARASI REYOG PONOROGO. Masters thesis, Diponegoro University.

[img] Text (KUASA PRABU KELANA SEWANDANA: VERNAKULARISASI DAN PERANG NARASI REYOG PONOROGO)
KUASA PRABU KELANA SEWANDANA VERNAKULARISASI DAN PERANG NARASI REYOG PONOROGO 1.pdf - Published Version

Download (2MB)

Abstract

Keberadaan dua bentuk pertunjukan antara Reyog Obyog dan Reyog Festival
versi Bantarangin memunculkan tegangan pijakan narasi kesenian. Perbedaan yang
dilihat dari keberadaan tokoh Kelana Sewandana dan alur pertunjukan
menyebabkan timbulnya kategorisasi budaya rendah dan budaya tinggi. Kajian ini
bertujuan untuk menganalisis keterhubungan dari tegangan oposisi biner, proses
pembentukan narasi, hipogram narasi, dan keberadaan politik identitas dari
keberadaan sosok Kelana Sewandana dalam kesenian Reyog Ponorogo. Dengan
memakai paradigma arkeologi pengetahuan (archeology of knowledge) yang
dimunculkan oleh Michel Foucault.
Berdasarkan hasil kajian diperoleh kesimpulan bahwa: 1) Dua bentuk
pertunjukan Reyog Ponorogo yakni Reyog Obyog dan Reyog Festival merupakan
bentuk pertunjukan yang terjalin sebagai rentang perkembangan estetika dan narasi
kesenian Reyog Ponorogo; 2) KSB merujuk fragmen cerita adegan Kelana
Sewandana mempersunting Dewi Sekartaji dalam Topeng Dalang. Perihal tersebut
dapat ditemukan dalam Majalah Sasadara (1902 M) yang menyebut Kelana
Sewandana dan Bantarangin dalam kesenian Topeng Dalang; 3) Karakter
Bujangganong memiliki keserupaan dengan karakter topeng Penthul dan Tembem
sebagai karakter lelucon dalam kesenian Topeng Dalang; 4) Teks manuskrip TRP
(1930-an) memperkuat keberadaan cerita panji dalam Reyog Ponorogo; 5) Reyog
Ponorogo yang saat ini eksis dengan narasi KSB membuktikan adanya reproduksi
lakon adegan sabrangan (adegan Raja dari seberang) dari kesenian di masa lalu.
Lakon tersebut diadopsi sebagai pakem kesenian Reyog Ponorogo dengan
interpretasi kedaerahan yakni pengartikulasian sesuai dengan pemahaman
masyarakat Ponorogo. Interpretasi tersebut sangat dipercaya dan dipegang teguh
oleh masyarakat. Sehingga, narasi Reyog Ponorogo versi KSB yang kini eksis dapat
dikatakan sebagai vernakularisasi cerita panji. 6) Narasi KSB merupakan narasi
baku dalam pertunjukan sebagai salah satu upaya memperindah estetika kesenian
Reyog Ponorogo yang ditujukan sebagai destinasi wisata Kabupaten Ponorogo.; 7)
Anggapan historisitas dari pembacaan cerita KSB dan pendirian monumen
Bantarangin yang terkait erat dengan unsur politik kekuasaan perlu pembacaan
ulang yang lebih komprehensif.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: Humanities
Divisions: Faculty of Humanities > Master Program in Literary
Depositing User: Khusnul Susastra
Date Deposited: 05 Apr 2024 01:26
Last Modified: 05 Apr 2024 01:26
URI: https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/22370

Actions (login required)

View Item View Item