KURNIAWAN, BAGAS (2023) Gerakan Menolak Tambang Batu Andesit di Desa Wadas Tahun 2018-2023 (Studi Gerakan Perlawanan Masyarakat terhadap Perampasan Lahan). Undergraduate thesis, FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO.
Text
Cover.pdf - Submitted Version Download (315kB) |
|
Text
BAB I.pdf - Submitted Version Download (305kB) |
|
Text
BAB II.pdf - Submitted Version Download (498kB) |
|
Text
BAB III.pdf - Submitted Version Restricted to Repository staff only Download (1MB) |
|
Text
BAB IV.pdf - Submitted Version Download (96kB) |
|
Text
Daftar Pustaka.pdf - Submitted Version Download (84kB) |
|
Text
LAMPIRAN.pdf - Submitted Version Restricted to Repository staff only Download (472kB) |
Abstract
Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 590/41 Tahun 2018
telah memasukkan Desa Wadas dalam Izin Lingkungan dan Izin Penetapan
Lokasi yang terbit pada tanggal 7 Juni 2018 sebagai lokasi pertambangan batu
andesit untuk memenuhi kebutuhan material dalam pembangunan Bendungan
Bener. Hal tersebut telah memicu gelombang penolakan dari warga Wadas
hingga seiring berjalannya waktu menjadi satu gerakan sosial masyarakat
yang terorganisir dengan nama Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa
Wadas (GEMPADEWA). Pada studi ini, fokus diberikan pada kajian terkait
pola gerakan dan pengaruh faktor-faktor di lapangan dalam mendorong
maupun menghambat gerakan sosial dalam menolak tambang batu andesit di
Desa Wadas.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Sebagai teknik dalam mengumpulkan data penelitian,
peneliti menggunakan wawancara terstruktur kepada warga Desa Wadas,
lembaga pendamping, dan solidaritas sebagai pihak yang terlibat dan
membersamai gerakan. Kemudian peneliti menggunakan teori Gerakan Sosial
Baru oleh McAdam, dkk., Gerakan Ganda Karl Polanyi, dan Teori Konflik
Dahrendorf untuk menjelaskan terkait kondisi gerakan menolak tambang batu
andesit yang terdapat di Desa Wadas.
Selanjutnya, penelitian ini memperoleh temuan bahwa jalur litigasi dan
non-litigasi yang ditempuh warga Wadas tidak membuat pemerintah dan
pihak pemrakarsa menghentikan segala aktivitas terkait rencana
pertambangan. Sikap menolak warga Wadas yang didasari pada usaha
melindungi kelestarian alam Desa Wadas dari kerusakan akibat rencana
aktivitas tambang justru dibalas dengan tindakan represif yang dilakukan oleh
aparat selama proses pembebasan lahan. Bentuk pendekatan yang demikian
dilakukan oleh pemerintah tidak hanya berakibat pada munculnya konflik
vertikal antara warga Wadas dengan pemerintah tetapi juga konflik horizontal
antar warga Wadas itu sendiri.
Sebagai upaya tindak lanjut, mengingat terdapatnya pergeseran pola
aktor yang sebelumnya ditempati korporasi menjadi oleh pemerintah
memunculkan kebutuhan akan formulasi gerakan dengan perspektif yang
lebih meluas. Hal tersebut harus dilakukan dengan tetap memperhatikan
kondisi internal gerakan itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti memberikan
saran untuk penelitian selanjutnya dapat berfokus pada interaksi dan dinamika
yang terjadi antara gerakan sosial dan pemerintah terkait kebijakannya yang
mempunyai potensi perampasan hak dan ruang hidup masyarakat terdampak.
Hasil temuan nantinya diharapkan dapat memperkaya bahan dalam
merumuskan formulasi gerakan ke depan.
Kata Kunci: Bendungan Bener, Desa Wadas, Tambang Batu Andesit,
Gerakan Sosial Masyarakat.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | Social Science and Political Science |
Depositing User: | diana nirwani |
Date Deposited: | 15 Jan 2024 03:27 |
Last Modified: | 15 Jan 2024 03:27 |
URI: | https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/19885 |
Actions (login required)
View Item |