Wairara, Ririn and PUTRANTI, ALIFIANI (2022) FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN POLIFARMASI OBAT ANTI EPILEPSI PADA PASIEN EPILEPSI ANAK. Masters thesis, Universitas Diponegoro.

	Text (COVER) cover tesis.pdf Download (453kB)
	Text (BAB I) BAB I Tesis Ririn.pdf Restricted to Registered users only Download (251kB) | Request a copy
	Text (BAB II) BAB II Tesis Ririn.pdf Restricted to Registered users only Download (890kB) | Request a copy
	Text (BAB III) BAB III Tesis RIrin.pdf Restricted to Registered users only Download (245kB) | Request a copy
	Text (BAB IV) BAB IV Tesis Ririn.pdf Restricted to Registered users only Download (336kB) | Request a copy
	Text (BAB V) BAB V Tesis Ririn.pdf Restricted to Registered users only Download (547kB) | Request a copy
	Text (BAB VI) BAB VI Tesis Ririn.pdf Restricted to Registered users only Download (314kB) | Request a copy
	Text (BAB VII) BAB VII Tesis Ririn.pdf Restricted to Registered users only Download (184kB) | Request a copy
	Text (DAPUS-LAMPIRAN) DAPUS-LAMPIRAN.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy

Abstract

Abstrak

Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian polifarmasi obat anti epilepsi pada pasien epilepsi anak
Ririn Friska Febrianti Wairara, Alifiani Hikmah Putranti

Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro,
Semarang, Indonesia

Pendahuluan : Pilihan pertama dalam pengobatan epilepsi adalah monofarmasi, jika monofarmasi gagal, dipertimbangkan pemberian polifarmasi. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pemberian polifarmasi masih belum banyak diteliti.

Tujuan: Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian polifarmasi obat anti epilepsi pada pasien epilepsi anak.

Metode: Desain cross-sectional pasien epilepsi di poli neurologi anak di RSUP dr. Kariadi Semarang periode 2019 hingga 2021. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi diambil secara consecutive sampling. Tipe epilepsi, sindrom epilepsi, kelainan anatomi, EEG, komorbid, frekuensi kejang adalah variabel yang diteliti. Hubungan antara polifarmasi dan variabel yang diteliti dilihat melalui rasio prevalens (RP). Nilai p bermakna apabila p<0.05.

Hasil: Pada penelitian ini melibatkan 186 subjek terbagi atas 93 monofarmasi dan 93 polifarmasi. Pada pasien polifarmasi dibandingkan monofarmasi, didapatkan jumlah lebih banyak pada sindrom epilepsi (20,4%;1,0%), kelainan anatomi otak (93,5%;16,1%), abnormalitas EEG (90,3%;62,4%), komorbid (71%;37,6%), dan penurunan frekuensi kejang (69,9%;41,9%). Tipe epilepsi general paling banyak ditemukan (81,7%;74,2%). Terdapat hubungan pada tipe epilepsi (p=0,001), sindrom epilepsi (p=0,001; RP=2,15), kelainan anatomi otak (p=0,001; RP=11,94), abnormalitas EEG (p=0,001; RP=2,59), komorbid (p=0,001; RP=2,31) dan frekuensi kejang (p=0,001) dengan pemberian polifarmasi. Berdasarkan analisis multivariat, terdapatnya abnormalitas EEG (RP=4,429 ; CI 95% 1,880-10,434 ; p 0,001) meningkatkan risiko 4,429 kali mendapatkan polifarmasi OAE

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tipe epilepsi, sindrom epilepsi, kelainan anatomi otak, abnormalitas EEG, komorbid dan frekuensi kejang dengan penggunaan polifarmasi OAE.

Kata Kunci: epilepsi anak, monofarmasi, obat anti epilepsi, polifarmasi

Actions (login required)

View Item